Showing posts with label Translasi. Show all posts
Showing posts with label Translasi. Show all posts
Hibike! Euphonium - Chapter 1
Yoroshiku Euphonium | 11

Bab 01 – Yoroshiku Euphonium!

Siswi-siswi berbaris di gelanggang, mengenakan rok biru tua setinggi lutut yang melengkapi seragam dan kaos kaki putih di bawah garis lutut. Sementara siswa lelaki mengenakan seragam berkerah tinggi, menengok ke kiri-kanan tanpa bisa tenang dan saling bertukar pandangan. Para siswi tidak terlalu memperdulikannya, mereka lebih terfokus mengusap-usap lengan mereka sendiri karena gugup. Sambil memandangi mereka semua, Kumiko melihat ke bawah ke arah tubuhnya sendiri. Seragam sailor berwarna biru tua membungkus dirinya yang ramping. Tampaknya dia percaya bahwa dadanya akan mulai tumbuh setelah masuk SMA. Melihat benjolan terbalut kain di tubuh gadis di sampingnya, Kumiko hanya bisa menghela nafas dalam diam.

SMA Negeri Kitauji terkenal karena seragamnya yang cantik. Bahkan SMA ini punya reputasi tersendiri di antara sekolah lain karena SMA ini hanya satu-satunya sekolah di kota Uji yang berseragam sailor. Meski peringkat akademisnya di atas rata-rata dan presentase kelulusannya tinggi, namun bukan alasan yang lebih memotivasi. Alasan Kumiko memilih sekolah ini, adalah karena seragamnya. Meski bisa masuk ke sekolah lain yang kelasnya sama, dia lebih memilih sekolah yang seragamnya ia sukai. Dengan alasan yang sepele ini, sekarang dia justru memandang aneh dirinya karena merasa tidak cocok mengenakan seragam ini. Belakangan ini Kumiko memang mengharapkan dirinya terlahir dengan tubuh yang lebih molek.

Hibike! Euphonium - Prolog
Prolog | 7

Prolog

Ratusan dan ratusan harapan memandangi satu arah yang sama. Sensasi panas yang melilit aula membuat pipi para gadis di dalamnya memerah. Seakan ditekan perasaan harap-harap cemas, Kumiko menghela nafasnya untuk menenangkan diri. Jantungnya berdebar cepat, sulit dikendalikan. Telapak tangannya yang terkepal menggenggam keringat, dan ujung jari yang sedari tadi digigitinya kini meninggalkan bekas berbentuk bulan sabit.

“Bisa-bisa aku mati tegang.”

Azusa di sebelahnya yang lebih kesulitan bersabar mulai mengeluh. Sambil menjawab “aku juga,” Kumiko dengan cepat membuka matanya.

Turnamen Orkestra Prefektur Kyoto.

Terpampang berderet dengan karakter sederhana di permukaan sebuah baligo. Semenjak dia masuk SMP, ini adalah kali ketiga dia mendatangi aula ini. Dengan tujuan menembus turnamen Kansai. Tujuan yang sama tetaplah menjadi ambisinya pada kesempatan kali ini. Tanpa disadarinya, Kumiko terus mengepalkan tangannya semakin erat.

“Ini dia.”